Lensa Merauke – Patung Kristus Raja di Pulau Habe, Kampung Wambi, Distrik Okaba, Kabupaten Merauke, Provinsi Papua Selatan diberkati secara langsung Uskup Agung Merauke, Mgr. Petrus Canisius Mandagi, MSC Senin 8 April 2024.
Patung Kristus dengan ketinggian 29 meter menjadi salah astu ikon wisata rohani, di Merauke, Papua Selatan.
Perayaan misa yang dipimpin langsung Uskup Mandagi mengawali proses pemberkatan.
Uskup Mandagi didampingi dua pastor yakni John Kandam, Pr serta Pastor Paroki Okaba, Agustinus, Pr.
Hadir dalam pemberkatan itu, Bupati Merauke, Romanus Mbaraka didampingi isterinya, Imelda Carolina Mbaraka, Sekretaris Daerah (Sekda) Merauke, Yeremias Paulus Ndiken, pejabat dari setiap organisasi perangkat daerah (OPD) di lingkungan Pemkab Merauke, masyarakat Kampung Wambi dan Eswambi.
Selain itu juga, Danrem 174/ATW, Danlantamal XI, Ketua Pengadilan Negeri Merauke, Kapolres Merauke, Dandim 1707 Merauke, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Merauke, Sugiyanto, anggota Komisi IV DPR RI, Sulaeman Hamzah, Sekjen Partai Nasdem, Hermawi Taslim serta tamu undangan lain.
Untuk diketahui saja, Patung Kristus Raja Pulau Habe, dibangun tahun 2014 silam, saat Romanus Mbaraka menjabat sebagai Bupati Merauke. Lalu penyelesaian patung tersebut diakhir 2016 silam.
Di saat bersamaan, Romanus Mbaraka sebagai penggagas dan atau pencetus pembangunan Patung Kristus Raja, masa jabatannya berakhir.
Saat pergantian bupati, tak ada tindaklanjut peresmian, padahal sudah finishing termasuk hasil audit dan pemeriksaan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) saat itu.
Saat memimpin kembali 2021, baru Romanus Mbaraka mengambil inisiatif sendiri untuk pemberkatan oleh Uskup Mandagi tanggal 8 April 2024.
Dalam sambutannya, Bupati Merauke, Romanus Mbaraka mengucapkan banyak terimakasih kepada Uskup Agung Merauke, Mgr. Petrus Canisius Mandagi, MSC yang telah datang sekaligus memberkati patung ini.
Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada Muspida serta tamu undangan lain yang datang di tempat ini, sekaligus menyaksikan pemberkatan Patung Kristus Raja di Pulau Habe.
“Tempat ini (Pulau habe;red) sekaligus berdirinya Patung Kristus Raja, sebenarnya bykan saja untuk orang Kristen saja berdoa, namun siapa saja bisa berdoa disini sesuai agama dan keyakinannya,” ungkap Bupati Mbaraka.
Dalam kesempatan itu, Bupati Mbaraka berceritera tentang munculnya ide membangun Patung Kristus Raja di Pulau Habe. “Saat datang pertama kali bersama almarhumah isteri saya, Yohana Mekiuw, kami berdoa dan muncul suatu pikiran untuk berbuat sesuatu disini,” ujarnya.
“Memang awanya orang takut datang di Pulau Habe, termasuk masyarakat dari Kampung Wambi,” ungkapnya.
Saat sedang berdoa, ia mendengar adanya tangisan orang meminta tolong.
“Memang pernah Kapal Dimas tenggelam yang tak jauh dari Pulau Habe dengan jumlah orban meninggal 700-an orang,” katanya.
Begitu mendengar tangisan orang, lahirlah pikiran membangun Patung Kristus Raja di Pulau Habe ini, sehingga Kristus ada disini.
“Ya dengan dibangun Patung Kristus Raja, sampai hari ini, hitung- hitung, hampir tak ada kapal tenggelam lagi, mau percaya atau tidak, tapi sebelum patung ini berdiri banyak kapal tenggelam,” katanya.
Lalu dengan patung ini, speedboat juga bisa putar-putar kontinyu di sekitarnya, padahal sebelumnya jarang sekali.
“Sekali lagi bahwa dengan adanya Patung Kristus Raja, semua orang datang berdoa disini, entah dari agama mana saja,” ungkapnya.
Dalam kesempatan tersebut, Bupati Mbaraka mengatakan, sejumlah fasilitas telah dibangun di Pulau Habe mulai dari MCK dan lain-lain, termasuk penanaman aneka tanaman mulai dari kelapa dan lain-lain.
Tak kalah juga, Bupati Mbaraka melepas puluhan kambing serta ayam, sekaligus sebagai penghuni Pulau Habe.
Sementara Uskup Agung Merauke, Mgr. Petrus Canisius Mandagi, MSC dalam khotbahnya meminta agar dengan Patung Kristus Raja yang telah dibangun dan diberkati hari ini, kita semua harus saling mencintai.
“Semoga kehadiran patung ini membuat daerah atau wilayah ini menjadi wilayah cinta, bukan wilayah kekerasan dan kekerasan,” pintanya.
Orang yang datang di Patung Kristus Raja di Pulau Habe, agar pulang dengan rasa Tuhan mencintai dia dan dia mencintai sesama.
(****)