Dosen Unmus Latih Warga Wasur Aplikasi Metode Raised Bed Gardening

NEWS81 Dilihat
Share

Tim Dosen Universitas Musamus yang diketuai oleh Dosen Program Studi Agribisnis Nina Maksimiliana Ginting melatih warga Kampung Wasur, Merauke untuk melakukan budidaya tanaman sayuran menggunakan metode Raised Bed Gardening. Nina menjelaskan, metode Raised Bed Gardening merupakan metode yang populer dan efisien untuk menanam tanaman di tanah yang ditinggikan dari permukaan tanah, tertutup dalam rangka atau struktur yang biasanya berupa papan. Metode ini, kata Nina, menawarkan beberapa keuntungan, termasuk kualitas tanah yang lebih baik, drainase yang lebih baik, dan perawatan yang lebih mudah.

“Metode ini sangat tepat digunakan pada jenis lahan rawa yang terdapat di Kampung Wasur,” ujar Nina yang ditemui di sela pelaksanaan pelatihan di Kampung Wasur, Sabtu (13/09).

Dengan adanya metode tersebut, lanjutnya, maka lahan yang dimiliki masyarakat dapat digunakan berulang dan mencegah dari tergenangnya tanaman pada musim hujan, dan memudahkan masyarakat dalam pemeliharaan dan perawatan tanaman.

Pelatihan yang diberikan menyangkut seluruh aspek budidaya dengan Metode Raised Bed Gardening. Pelatihan yang diberikan termasuk bagaimana membuat raised bed, media tanam yang digunakan, bibit, cara tanam hingga pengetahuan dasar usaha agar berkelanjutan dengan pemberian penyuluhan akan pentingnya pencatatan keuangan usaha. Selain pelatihan, pendampingan juga akan dilakukan hingga masyarakat mampu melanjutkan dengan sistem  tersebut.

“Dengan adanya fasilitas ini, kita berharap, tanaman yang dipanen setiap harinya dapat terdistribusi dan habis terjual,’’ ucap Nina.

Sementara, anggota tim Dosen Program Studi Akuntansi Paulus Peka Hayon mengatakan bahwa kegiatan ini diharapkan akan memberika hasil dan dampak positif  bagi masyarakat. Melalui kegiatan ini, jelasanya, masyarakat Wasur menjadi lebih memahami teknik bertanam di lahan sempit dengan metode yang efisien, mereka dapat memanen sayuran dari kebun mereka sendiri, sehingga mengurangi ketergantungan terhadap pasar. Selain itu, lanjutnya, lingkungan lebih hijau, karena lahan-lahan tidur atau halaman rumah yang sebelumnya tidak termanfaatkan dapat menjadi produktif. Melalui kegiatan ini, masyarakat juga memperoleh pengetahuan mengenai  pengelolaan sampah organik, dengan limbah dapur yang diubah menjadi kompos untuk digunakan sebagai pupuk alami.

“Peningkatan kerja sama sosial juga terjalin, karena terdapat kegiatan gotong-royong membangun bedengan yang meningkatkan solidaritas antar warga,” pungkas Paulus.