LENSAMERAUKE – Untuk pembangunan Kabupaten Merauke demi terwujudnya masyarakat yang sejahtera dan maju, Calon Bupati dan Wakil Bupati Merauke Nomor Urut 3, Hendrikus Mahuse dan Haji Riduwan punya empat program unggula
Pasangan ini bercita-cita untuk membangunan Kabupaten Merauke yang lebih baik dengan visi ‘Merauke Maju dan Sejahtera Berbasis Potensi Lokal’ dan 7 misi utama percepatan pembangunan.
Secara garis besar misi MARI mencakup pembangunan sumber daya manusia, pembangunan ekonomi berkelanjutan dan kewirausahaan.
Kemudian, hilirisasi produk unggulan daerah, transformasi pembangunan, reformasi birokrasi, pelestarian nilai-nilai budaya lokal, dan keamanan dan ketertiban masyarakat.
Dari tujuh misi pasangan ini, terdapat 4 program unggulan disamping program-program lainnya.
Semua program itu tentunya menjadi komitmen Hendrikus Mahuse-Riduwan untuk melaksanakannya jika terpilih sebagai bupati dan wakil bupati Merauke periode 2024-2025.
Empat program itu adalah Program Satu Kampung Rp4 miliar, Program Gapura, Program Dika, dan Program Mesra. Mari simak program-program unggulan tersebut.
Program Satu Kampung Rp4 miliar. Supaya tidak salah kaprah, program ini merupakan bantuan keuangan untuk 179 kampung yang dilakukan secara bertahap hingga 2029. Setiap kampung diberikan dana segar Rp4 miliar, dan hanya sekali menerima.
Dana Rp4 miliar itu di luar dari alokasi dana desa (ADD) pemerintah pusat, dan alokasi dana kampung (ADK), bantuan Otsus, dan alokasi dana kampung dari pemerintah daerah.
“Dari Rp4 miliar itu, 2 miliar untuk pembangunan dan rehabilitasi rumah. Rp1 miliar bangun jalan lingkungan, dan 1 miliar lagi untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat orang asli Papua. Jika ada kampung yang tidak terdapat orang asli Papua, maka akan diberikan 3 miliar,” kata Hendrikus Mahuse kepada wartawan, Rabu (2/10/2024).
Sementara untuk 11 kelurahan, diberikan dana sebesar Rp3 miliar dengan ketentuan 2 miliar untuk pembangunan rumah warga tidak mampu dan 1 miliar untuk pembangunan jalan lingkungan.
“Pembangunan rumah, rehabilitasi rumah dan pembangunan jalan lingkungan dari program itu tidak dikerjakan oleh pihak ketiga atau proyekan. Tapi dilakukan secara swakelola oleh masyarakat di setiap kampung, sehingga uangnya kembali ke rakyat. Demikian ada pendapatan untuk masyarakat dari pekerjaan-pekerjaan itu,” ujarnya.
Program berikutnya adalah Gerakan Percepatan Pembangunan Kampung atau Gapura. Program ini merupakan bantuan dana sebesar Rp250 juta langsung ke setiap kampung untuk mempercepat pembangunan fasilitas kampung yang tidak terakomodir dari anggaran pendapatan belanja kampung (APBK).
Dana Gapura diberikan setiap tahun kepada 179 kampung, dan akan dilakukan pengawasan dan penilaian. Jika kampung berhasil merencanakan dan melaksanakan program secara baik, maka anggaran program untuk kampung tersebut akan dinaikkan untuk tahun berikutnya.
“Tentunya kita menyiapkan regulasi, pengawasan hingga penilaian berjenjang untuk setiap program yang digulirkan. Untuk Gapura, akan ada pejabat atau tokoh-tokoh yang dilibatkan untuk menilai apakah dana Gapura sudah digunakan sesuai atau tidak,” kata Hendrik.
Selanjutnya Program Dana Insentif Kampung atau Dika. Program ini merupakan bantuan dana dan penghargaan kepada kampung yang kreatif membangun infrastruktur kampung dan potensinya. Termasuk penghargaan kepada aparat kampung dalam bentuk perjalanan studi banding ke desa-desa inovatif di luar daerah.
“Kalau Gapura dilaksanakan secara baik mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan pertanggungjawaban, maka diberikan reward kepada aparat kampung dan Bamuskam. Kita support mereka dengan Dika agar bekerja lebih baik lagi. Termasuk penghargaan untuk studi banding ke desa-desa maju di luar daerah. Sehingga bisa dipelajari dan diaplikasikan kembali di daerah kita,” katanya.
Program unggulan terakhir adalah Membangun Ekonomi Sejahtera Rumah Tangga atau Mesra. Program ini merupakan bantuan keuangan secara langsung kepada ibu-ibu rumah tangga sebesar Rp5 juta-Rp7 juta per orang. Bantuan modal usaha ini menyasar 1.000 hingga 1.500 ibu rumah tangga setiap tahunnya.
“Kita ingin mengangkat pendapatan setiap rumah tangga. Bapak-bapak memang wajib mencari nafkah, tapi tidak salah juga ibu menunjang ekonomi keluarga. Ibu-ibu punya keterampilan luar biasa, lebih khusus usaha kecil seperti penjual cilok, bakso, kerajinan dan sebagainya,” tutur Hendrikus Mahuse.
“Target kita dalam setahun itu bisa 1.000 hingga 1.500 ibu rumah tangga, tapi tidak berulang, bantuan diberikan hanya sekali. Yang telah menerima, dia tidak dapat lagi di tahun berikutnya. Mekanismenya tidak rumit, hanya KTP orang Merauke dan rekomendasi usaha dari RT usaha. Kita akan bekerja sama dengan bank untuk program ini,” sambungnya.
Hendrikus Mahuse menambahkan bahwa sumber anggaran untuk Program Satu Kampung Rp4 miliar, Program Gapura dan Dika akan dialokasikan dari Dana Alokasi Umum (DAU). Sementara untuk Program Mesra dialokasikan dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Merauke. *Randy / Ika