Lensa Merauke – Pelan tapi pasti, upaya mendorong Bahasa Malind yang merupakan bahasa asli daerah Merauke terus dilakukan.
Upaya ini terus dilakukan dengan mendorong gerakan-gerakan sederhana secara berkelanjutan untuk merevitalisasi bahasa Malind yang terus diancam kepunahan.

Pertengahan Maret 2024 lalu, Balai Bahasa Provinsi Papua, menyelenggarakan Bimtek Guru Utama Revitalisasi Bahasa Mbuti (Marind) untuk Tunas Bahasa Ibu di Kabupaten Merauke tahun 2024.
Kasubbag Umum Balai Bahasa Provinsi Papua, Yohanis Sanjoko mengatakan berdasarkan hasil riset Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, tercatat pada Tahun 2019, Indonesia, menjadi pemilik bahasa daerah terbanyak kedua dengan jumlah bahasa sebanyak 718 bahasa. Jumlah ini hanya kalah dari negara Papua Nugini yang memiliki 840 bahasa.
Dari Jumlah tersebut 60 persen atau 424 bahasa daerah ada di daerah Papua dengan rincian Provinsi Papua terdata sebanyak 151 bahasa, Papua Barat 53 bahasa, Papua Selatan 95 bahasa dan Kabupaten Merauke khususnya terdapat 22 bahasa daerah. Papua Pegunungan 28 bahasa, Papua Tengah 52 bahasa dan Papua Barat Daya memiliki 50 bahasa daerah.
Dalam sambutannya, Yohanis mengatakan, bahasa-bahasa di Nusantara ada yang masuk kategori aman, rentan, mengalami penurunan, terancam punah, kritis dan kategori punah. Bahasa-bahasa daerah di Papua, kecenderungannya mengalami kemunduran, terancam punah, kritis bahkan ada yang sudah masuk kategori punah.
Bahkan, menurut catatan UNESCO dalam tiga dekade (30 tahun) terakhir ini telah terjadi 200 kepunahan bahasa daerah di dunia atau dalam setiap dua minggu sekali terjadi kepunahan satu bahasa daerah di dunia.
Data tersebut menjadi dasar Balai Bahasa Papua untuk berupaya melakukan revitalisasi bahasa ibu di sejumlah daerah di Papua, Merauke satu diantaranya.
“Jangan sampai ada lagi bahasa-bahasa daerah yang punah. Penyebab utama kepunahan bahasa daerah adalah para penutur jati diri tidak lagi menggunakan dan mewariskan bahasa daerah ke generasi muda. Kepunahan bahasa berarti hilangnya kekayaan bagi para penutur bahasa tersebut,” pungkasnya dalam pembukaan kegiatan di Swissbell Merauke, Selasa (19/3/2024).
Tanggal 22 Februari 2022, Menteri Pendidikan meluncurkan kurikulum merdeka belajar episode 17 tentang revitalisasi bahasa daerah. Hal ini dilakukan atas keprihatinan Menteri Pendidikan atas fenomena yang terjadi generasi muda mulai meninggalkan bahasa daerahnya.
“Tahun 2022, negara memberikan kepercayaan kepada kami Balai Bahasa Provinsi Papua melakukan 7 bahasa yang direvitalisasi, ketujuh bahasa tersebut salah satunya bahasa daerah Mbuti,” ucap Yohanis.
Selama 3 hari, Balai Bahasa Papua memberikan bimbingan terhadap komunitas tunas bahasa ibu, guru dan siswa. Dengan harapan agar para penutur menggunakan bahasa daerah dan menjaga kelangsungan hidup bahasa daerah dan sastra daerah, menciptakan kemampuan kreativitas dari penutur untuk mempertahankan bahasa ibu.
Konektivitas Gerakan Menoken
Gerakan Menoken yang menjadi filosofi gerakan para pemerhati bahasa yang tergabung di Lembaga Papua Paradise Center juga punya peran penting dalam mendorong Revitalisasi bahasa Ibu.
Upaya yang dilakukan dalam Gerakan Menoken untuk merevitalisasi bahasa Malind juga telah dilakukan sebelum terkoneksi dengan Balai Bahasa Papua.
Yune Angel Anggelia Rumateray atau Yune dari sekolah alam naungan Papua Paradise Centre menyebut gerakan sederhana yang mereka lakukan adalah dengan melatih anak bimbingan di Sekolah Alam dengan berbagai modul pengenalan bahasa Marind, baik melalui sarana bercerita, dongeng puisi maupun tari-tarian .
Kegiatan kegiatan yang dilakukan diunggah ke media sosial tersebut berhasil mendorong gerakan revitalisasi, satu diantaranya dengan respon dari Balai Bahasa yang mengundang perwakilan dari Papua Paradise Centre dalam kegiatan revitalisasi bahasa perdana yang digelar pada 2021 lalu.
“Balai bahas melihat postingan kami di media sosial, dan kami diundang di acara revitalisasi pertama dan berlanjut hingga saat ini,” ucap Yune.
Yune juga menyebut konsistensi mereka dalam gerakan revitalisasi Bahasa Malind mendapat apresiasi dari balai bahasa dengan menambah jumlah peserta Bimtek perwakilan sebanyak 3 orang di Tahun 2024.
Bahkan, secara khusus Papua Paradise Center diminta memberikan rekomendasi sebanyak 10 orang penutur yang akan melakukan persiapan bahan ajar muatan lokal bahasa malind dan mempersiapkan guru penutur yang nantinya makan mengajarkan bahasa Malind di sekolah formal.
Terpisah, Mujina Kaize seorang guru penutur yang juga tergabung dalam gerakan Menoken menyambut baik upaya revitalisasi dai Balai bahasa Papua. Menurut Mujina ini menjadi awal baik dalam upaya-upaya advokasi yang mereka lakukan selama ini.***