27 April 2024
Share

Merauke – Pagi sekitar 9 wit, di sebuah pondok seukuran 4x 3 meter, sekelompok perempuan Mama Papua, diantara mereka terlihat 3 perempuan muda umurnya mungkin masih di bawah 30-an.

Di dalam pondok posisi kumpul berbentuk lingkaran  dengan setumpuk aksesoris terlihat dari pintu masuk samping begitu saya masuk dan bergabung.

Hari itu, Mama Papua yang merupakan kelompok Papa Marba rupanya meresmikan sanggar ( pondok ) tempat mereka memasarkan kerajinan yang mereka hasilkan untuk dijual.

Pondok dengan bahan baku dari material papan yang beratapkan seng aluminium baru saja selesai dikerjakan dan dengan penuh suka cita mereka menyambut pondok sederhana itu.

Pondok di pinggir jalan,. kelurahan rimba jaya ini rupanya telah lama dinantikan oleh perempuan Papua yang  umumnya berasal dari Kabupaten Mappi ini.

Mengambil tempat di bagian melalang pojok sebelah kiri sanggar, saya menyimak perbincangan mereka.yang sesekali diisi dengan tawa.

Sesekali saya memperhatikan langit langit pondok yang langsung menembus atap seng, sepertiga bagian telah dihiasi  dengan gantungan noken dengan berbagai jenis model.

Cerita Mama Gema Manggaimo.

Bagi Mama Gema, ini sebuah harapan.

Suka cita dan haru jelas terpancar dari wanita yang telah sejak kecil mengenal cara merajut kerajinan adat suku Mappi ini.

Mama Gema bercerita sebelumnya berbagai cara mereka lakukan untuk memasarkan kerajinan mereka.

” Dulu itu kita jalan kaki, terus bawa barang ini ( kerajinan ) kemana saja karena kita tidak punya tempat (untuk menjual ),” kata Perempuan paruh baya ini.

” kita juga kadang titip, sanggar-sanggar orang lain,” tambahnya.

Selain itu, bersama kelompoknya mereka juga memanfaatkan lapak jualan sayur warga lain jika sedang tak menjual.

Kini, cerita keluh kesah itu dikonversi dengan  hadirnya sanggar sederhana bantuan dari Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Merauke.

Dampak Koneksi Gerakan Menoken.

Meski hanya pondok sederhana, namun berdirinya pondok Papa Marba tidak terbangun begitu saja. Peran perempuan muda tadi tidak terlepas dalam proses berdirinya sanggar tersebut.

Lewat Gerakan Menoken yang dibangun dengan filosofi Noken membuat konektivitas antar pihak terhubung. Yune dan Canisia merupakan dua wanita yang turut mendorong terbangunnya konektivitas tersebut.

Keduanya merupakan aktivis yang telah lebih dahulu mendampingi kelompok Papa Marba. Mulanya diawali dengan berbagi isi noken.

Keduanya secara rutin mendampingi kelompok Papa Marba, termasuk mendorong hadirnya sanggar Papa Parba dengan membagi konektivitas dengan anggota kelompok Papa Marba.